Dalam upaya mengejar target utilisasi energi baru terbarukan (EBT) yang ditetapkan Pemerintah sebesar 23% pada tahun 2025 dan ditingkatkan hingga 31% pada tahun 2050, berbagai inisiatif diimplementasikan untuk mencapai tujuan tersebut. Penggunaan EBT seperti bioenergi dapat membantu mengurangi ketergantungan konsumsi bahan bakar fosil di semua sektor terkait seperti pembangkit listrik, domestik, industri, dan sektor transportasi. Bioenergi, termasuk Biofuel, memainkan peranan utama dalam mendukung Indonesia untuk menuju transisi energi serta mereduksi emisi.
Salah satu strategi optimalisasi potensi EBT di Indonesia yakni melalui inisiatif program bioetanol. Bioetanol dapat dihasilkan dari tanaman tebu, sorgum, jagung, singkong, dan sebagainya tergantung pada ketersediaan sumber daya di negara setempat. Sehingga tidak hanya menekan emisi saja, namun peningkatan penggunaan tanaman-tanaman tersebut akan membantu kesejahteraan para petani Indonesia.
Bahan bakar etanol sendiri memiliki performa unggul dan emisi lebih rendah dibandingkan bahan bakar fosil. Campuran etanol di dalam bahan bakar fosil bertujuan untuk mendukung pengurangan emisi dan impor gasoline nasional serta menciptakan pekerjaan baru di sektor perkebunan dan pengolahan bahan baku bioetanol. Hal ini tentunya sejalan dengan semangat menuju era transisi energi.
Etanol menjadi bahan bakar masa depan yang dapat membangun positive cycle, dengan peningkatan penggunaan bioetanol menggunakan tanaman yang diolah oleh para petani tentunya dapat meningkatkan taraf ekonomi serta kesejahteraan mereka. Jika petani sejahtera maka mereka akan mampu membeli mobil lagi, hal itulah yang dinamakan positif cycle. Penjualan dan konsumsi naik sementara import bahan bakar fosil akan menurun.
Akan tetapi yang terjadi saat ini adalah, ketika kinerja otomotif meningkat, maka impor bahan bakar fosil akan naik, sementara bahan bakar bioenergi yang dihasilkan petani tidak dapat maksimal diutilisasi. Inilah yang dinamakan negative cycle, yang juga dapat menimbulkan efek domino berupa meningkatnya subsidi import bahan bakar bagi kendaraan.
Berbagai manfaat positif dapat diperoleh dari optimalisasi bahan bakar etanol diantaranya :
- Memenuhi komitmen pengurangan emisi karbon
- Mengejar target utilisasi EBT di tahun 2030
- Meningkatkan kontribusi EBT dalam bauran energi nasional
- Meningkatkan ketahanan dan kemandirian energi
- Mengurangi konsumsi dan impor BBM High-quality engine performance
- Meningkatkan nilai tambah melalui hilirisasi industri pertanian nasional
- Diproduksi dari green renewable resources, non-toxic, dan biodegradable
Bahan bakar etanol saat ini sudah digunakan hampir di seluruh dunia. Banyak negara yang sudah mencampur bensin dengan etanol. Komposisinya ada yang dicampur dengan 5 persen, ada juga yang 10 persen. Di Indonesia, bahan bakar etanol saat ini memang baru 5 persen, namun ke depannya bisa semakin tinggi.
Leave a Reply